London : I want it too.
Sempat tadi Rara dan Anggar pergi ke Emirates stadion, sekedar berfoto-foto karena keduanya sama-sama penyuka Arsenal, ternyata. Namun, menjelajahi landmark serta beberapa tempat yang wajib di London, kurang rasanya bagi mereka berdua jika tidak BELANJA.
Keduanya memang maniak soal hal itu, yang satu gemar mencari diskon, yang satu lagi gemar menghamburkan uang tanpa henti.
“Mau ke toko mainan dulu, bentar.” “Oke.” Anggar hanya manggut-manggut .
Berjalan di tengah hiruk pikuk kota London, berbelanja di jajaran store mewah, menjelajahi Harrods serta berkuliner singkat, sebagai penutup perjalanan mereka disana.
Saking asyiknya, Rara sampai lupa mau membeli mainan bayi untuk anak Hannan dan Gege yang mungkin beberapa bulan lagi akan lahir, jadilah wanita itu memasuki Harrods Toys Kingdom yang menyajikan banyak mainan anak.
Sibuk memilih-milih boneka yang lucu, Anggar tiba-tiba hilang dari pandangan Rara, perempuan itu melirik kesana-kemari, Ah bodolah dia lagi kemana kali ya.
Hingga Rara selesai membayar boneka teddy berukuran sedang, dengan beberapa baby care yang ia beli di toko sebelah Rara berjalan ke luar toko.
“Mana deh Anggar.” Rara celingak-celinguk sendirian, rungunya hanya mendengar bule yang tengah berhaha-hihi dengan keluarga, terdengar dengan jelas aksen british yang kental disekitarnya, namun tak juga Anggar terlihat. Mana sihhh? ditelfon juga gak nyaut-nyaut lagi.
Hingga 5 menit Rara bosan menunggu, ia kembali masuk ke store mainan plus babycare itu, tokonya sangat luas, kembali perempuan itu masuk. Selagi asyik melihat-lihat, tiba-tiba maniknya menangkap Anggar yang tengah memegang dua buah baby shoes seperti menimang-nimang diujung lorong. Nah tu dia!
“Nggar!”
Reflek Anggar menoleh kesana-kemari mencari sumber suara. “Eh? udah?” Maniknya melihat kantung belanja yang tersampir pada pergelangan Rara. Rara hanya mengangguk singkat.
“Menurut kamu bagus yang putih apa yang kuning?” Tanya Anggar sembari menyodorkan dua buah sepatu bayi.
Dahi Rara mengkerut tipis. “Buat siapa?”
“Eum... gak buat siapa-siapa sih, oleh-oleh aja... siapa tau...” Ada jeda panjang disana, Rara hanya diam menungggu kelanjutan kalimat Anggar.
“Ya siapa tau nanti kita punya anak, seenggaknya mereka punya barang yang kita beli pas kita honeymoon.” Ucap Anggar santai.
Family oriented, he is.
Wajah Rara mundur beberapa inchi. “Gimana-gimana?” Masih belum menangkap maksud Anggar.
“Ya... gak ada salahnya kan nurutin permintaan Mami... Papi... dan Papa kamu?” Anggar menatap Rara intens, tepat dibola mata Rara.
Rara meneguk ludahnya pelan. “You-
“Iya.” Seperti tahu kelanjutan kalimat Rara, Anggar mengangguk mantap.
“Kenapa tiba-tiba mikirin itu? bukannya kamu gak peduli sama permintaan mereka?”
Anggar tersenyum tipis sembari memiringkan kepalanya. “Gak ada yang bilang saya gamau. I want it too.“
Hah? Rara termenung didepan Anggar.
“Bercanda, hehe. Ini pilih yang mana?” Masih fokus menatap dua buah sepatu bayi ditangannya.
“Itu yang kuning lucu.” Jawab Rara asal.
“Oke.”
Rara sebenarnya heran, mengapa pria ini tiba-tiba mengalihkan topik?
Usai berbelanja, Rara dan Anggar kembali ke hotel, semalam mereka telah mengemas barang-barang untuk bisa langsung mengangkutnya saat check-out.
Setibanya di St Pancras Station tadi sore mereka langsung check-in, dan kini mereka telah duduk di bangku business premier kereta eurostar yang tengah melaju super cepat. Selama perjalanan pun Rara dan Anggar banyak tidur, wajar saja kepala mereka masih sedikit cenat-cenut perihal skydive tadi siang. Hingga Rara terbangun ditengah perjalanan, lantas ia bermain ponsel karena tidak bisa tidur lagi.
Sebenarnya Rara sesekali melirik kearah Anggar yang tengah tertidur pulas disebelahnya. Sejenak Rara berpikir, tadi Anggar kesulitan bernapas juga gak ya? Apa Anggar berteriak seperti Rara berteriak? Apa dia punya perasaan kesal melihat Rara memeluk Rumi? Apa ada hal-hal seperti itu pada diri Anggar?
Dan... siapa Maudy? se-memorable itu kah perempuan itu hingga Anggar kerap menyebutkannya saat bersama Rara, Rara tuh kesal, kini Rara sadar bahwa ia sudah baper tidak ketulungan kepada pria disampingnya itu. Anggar yang manis, Anggar yang hangat, namun bisa juga Anggar yang jutek.
Dipandangnya wajah Anggar yang damai, Kalau dilihat-lihat pria ini memeiliki wajah polos, sepolos anak kecil. Tampan, setampan Idol korea yang Rara kagumi, dan se...
Seketika manik itu terbuka.
Hap. Tertangkap basah Rara dibuatnya.
“Udah liatinnya?” Anggar tersenyum jahil.
Otomatis Rara langsung kelabakan. “Ee-ngg-ak-k.” Ia memalingkan wajahnya kebawah sembari menahan malu yang sudah memuncak.
Anggar menoleh kearah Rara. “Liatin lagi doang.”
Masih saja Rara menunduk, sibuk bermain ponsel, sekedar membuka-tutup laman instagram. “Apasih, nggak! saya gak liatin kamu.” ketus Rara.
Anggar menghela napas. “Gapapa tau, jujur aja susah amat sih, saya seneng tau diliatin kamu.” Tersenyum lagi pria itu.
“Kamu gak tidur ya! pura-pura tidur kan saya tau.” Rara malah menuduh Anggar.
Anggar mendengus pelan, lalu ia mengubah posisinya, tiba-tiba ia menaruh kepalanya pada bahu Rara. “Ehh! ngapain Nggar.”
“Sstt, saya mau tidur, capek.”
Anggar kembali terlelap, dan Rara... Ya sudha berubah menjadi kepiting rebus.