London : Last Day.
Have you ever felt healthy love?
Rara kesal.
Mungkin luarnya tampak biasa saja, tapi jauh didalam sana Rara ingin sekali membanting Anggar. Sungguh, she wanna kiss him and then punch him right in his face. Yup, that's indeed a contradiction.
Kadang, Rara merasa Anggar bisa menjadi sosok yang akan membawa hubungan sehat untuknya, namun kadang juga ia merasa Anggar tidak bisa. Entah, sosok Anggar di benak Rara itu sungguh absurd, tak terbaca. Baik perasaannya, sikapnya, keinginannya, dan yang paling menyebalkan adalah masa lalunya.
Rara felt clueless about her own feelings.
Bisa-bisanya, dalam satu waktu pria itu memberikannya sebuah liontin mahal yang harganya bikin Rara spaneng, tapi tanpa ragu Anggar menyebutkan nama Maudy setelahnya, benar-benar mengesalkan. Mood Rara kan jadi drop.
“Iya, dulu Maudy yang kenalin London kesaya.”
Kesalnya bukan main. Tapi Rara bisa apa? bisa gila, iya.
Jadinya kan Rara bingung, padahal tanpa ragu bisa saja Rara langsung memeluk dan mencium Anggar tepat di puncak London Eye kemarin, tapi Rara malah diam tak menunjukkan reaksi senang sedikit pun. Sekedar berterima kasih atas hadiah yang diberi Anggar.
Mungkin memang Anggar hanya ingin berterimakasih karena Rara telah membuat Mami senang. Walau rasa ingin menyampaikan perasaannya sangat tinggi, Rara hanya bisa memendamnya. I shall have nothing to wish for, batin Rara semalam demi meredakan rasa cemburunya.
Sebenarnya ya, dibalik semua kecuek-an seorang Azarra Anahita ini, ia bisa saja menjadi perempuan paling agresif dan maniak kepada orang yang benar-benar ia sayang. Bahkan ia tipikal yang 'aku cemburu ya kalo kamu napas satu ruangan sama cewe itu!'. Yah, tapi sifat Anggar ini sungguh bentrok dengan Rara, membuatnya bertanya-tanya pria ini maunya apa sih?
“Ya maaf, kan gak tau.”
Masih kesal soal semalam, hari ini Anggar makin menyebalkan, bisa-bisanya Anggar tak sengaja menyenggol pundak Rara saat perempuan itu tengah fokus bersemedi dengan eyelinernya. THE GODDAMN EYELINER.
“Saya gak nerima maaf hari ini.” Masih baper soal semalem, jadinya kebawa deh emosinya sampai sekarang. Pokoknya mood Rara benar-benar seperti jungkat-jungkit tiap menatap wajah tanpa dosa Anggar, padahal tadi mereka baik-baik saja di WhatsApp.
“Ya kan bisa pake lagi Ra, tinggal di apus, terus dipake lagi.” Tambah Anggar.
Pake! pake! eyeliner tuh digambar!
Memang ya, lelaki mana pun tak ada yang mengerti bagaimana perjuangan seorang perempuan dalam memasang eyeliner.
“How can you talk so!” Merengut lah Rara. Wah! pleaseeeee ibu kita Kartini tolong dipentung lakik satu ini ya, saya mohon dengan sangat!!
Namun Anggar hanya diam membiarkan perempuan itu menggerutu sendirian, ditatapnya punggung Rara dari belakang. “Ohiya, saya mau ngasih tau soal rencana kita yang semalem.”
Otomatis mood Rara langsung melonjak tinggi, seketika senyum sumringah merekah ruah pada wajahnya. “Apa? Gimana?? Jadi kann?? Gimanaa???” Bertubi-tubi Rara bertanya. Ia melompat-lompat kecil.
“Semalem udah saya e-mail provider-nya, soal motion sickness yang kamu concerned semalem, terus tadi pagi baru dijawab. No need to worry kok.”
“Emang jawab apa???” Masih memegang eyeliner pada jemarinya, Rara menghampiri Anggar.
“Wait,” Anggar menyalakan ponsel yang sedaritadi digenggamnya, mengulir beberapa pesan disana. “Nih.” Ia menunjukkan pesan e-mail balasan dari provider yang ia contact semalam.
Dear,
Mr. Anggar Lingga Sadadi.
Yes, we've had planty of people who have motion sickness jump, with and without the motion sickness tablets. They have enjoyed it throughly. But, every person is different so, what has happened for another person may be different for yourself.
And also, we can ask the Tandem Masters not to do spins while you guys are under the parachute.
Sincerely,
Erick
Rara manggut-manggut saja membacanya. “Yaudah yuk? udah siap kan??” Tanya Rara yang tengah memasukkan segala tetek-bengek kedalam mini purse-nya.
“Of course.”
WUSH!
“Skydiveeeee!!! I'm cominggggg!!!”
Rara kegirangan pada lapangan lepas landas itu, berkali-kali ia berkacak pinggang, seolah-olah tengah melakukan strecthing. Kini Rara dan Anggar sudah mengenakan seragam yang menurut Rara kece abis!
“Hihihi!!” Masih saja Rara cengengesan dari tadi.
“Seneng banget ni ye.” Komentar Anggar.
“Ih!! dari dulu tuh ya, saya kan sesuka itu sama ketinggian, udah lama pengen loncat dari atas gedung, tapi daripada mati konyol gajelas mending nyobain yang aman aja kaya skydiving, yakannn!!” Rara melompat-lompat kecil, gemas sekali Anggar melihatnya.
Anggar menatap Rara dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Scanning. Scanning. Scanning.
“Apa liat-liat??!” Rara mulai risih dengan tatapan Anggar.
terkekeh Anggar mendengar omelan Rara, selalu begitu, Rara selalu ketus. “Gakpapa. Kamu cocok aja pake seragam skydiving, keren.”
“Ya itu mah gak usah dikasih tau Nggar.” Rara malah tertawa puas. Lalu Rara mengeluarkan lipbalm dari kantungnya. “Saya mah emang kece!”
Cuaca Inggris bulan ini memang cukup dingin, angin kencang serta gerimis terkadang lewat pada jam-jam sore, membuat siapapun harus siap sedia untuk melembabkan area kulitnya. Rara memoleskan lipbalm itu pada ranumnya, mencecapnya kemudian. Mwah!
Iya sih, cuacanya memang mendukung sekali untuk membuat bibir siapa saja menjadi kering kerontang seperti padang pasir. Anggar mengulum bibirnya, ia merasakan kering pada perpotongan ranumnya. “Rara.”
“Hmm...” Masih sibuk wanita itu memoleskan lipbalm pada ranumnya.
“Can you...” Ada jeda panjang dalam kalimat Anggar, sedikit ragu untuk mengatakannya. “Eumm... Can you apply that on my lips too? please?“
Rara menatap Anggar heran. “Ini?” ia mengacungkan lipbamnya. Anggar langsung mengangguk kecil. “Bibirnya pecah juga?” Anggar kembali menganggguk.
Tanpa Ragu Rara segera menjinjit, memoleskan lipbalm vanilla itu ke bibir Anggar. Seketika tubuh Rara limbung, dengan gesit Anggar menahannya. Grep.
EH?
Anggar mencecap bibirnya sendiri, lalu mengangguk kecil sendirian. Masih dalam posisi Rara jatuh dipelukan Anggar dengan Anggar yang memegang kedua lengan Rara. Ditatapnya manik Rara tepat dibola matanya.
“Oh ini.” Ujar Anggar hampir seperti berbisik.
Rara yang masih clueless akan posisi mereka hanya menatap Anggar heran. “Ini apa?”
“Rasa bibir kamu.”
Gubrak.
Rara tercengang bukan main. Hah? maksudnyeee?!
“Yang saya cium waktu itu... sekali-kalinya saya cium gak sengaja.” tambah Anggar.
Seakan sadar akan posisi mereka, Rara langsung melepaskan diri. Huhh...hah...Huhh...hah... tarik napas...buang...fyuh....GILA! SINTING!
“Apaansi!” Malu lah digituin Anggar, cepat-cepat Rara menutup lipbalmnya dan memasukkannya ke kantung celana.
“Saya cuman lagi mengingat doang, pas saya coba lipbalm kamu langsung keinget kejadian waktu itu soalnya.”
“Apasih!! gausah diinget-inget kali itu ke-ce-la-ka-an doang!!” Ketus Rara, tanpa pamit ia langsung berbalik badan, berlari kecil menghampiri team lainnya yang tengah berkumpul ditengah lapangan.
Hihhhh!!! Mampus guaa! pasti udah kaya kepiting rebuss ni pipi!