Officially yours

Kalau saja masa-masa indah ini sudah ada sejak dulu, mungkin sekarang Rara dan Anggar sudah mempunyai krucil-krucil yang menggemaskan. Kalau saja, Rara menerima permintaan pin BB Anggar waktu itu pasti mereka sudah pacaran sedari dulu.

Terang saja, Anggar itu tipe Rara banget! Dari segi fisik maupun karakter. Ingat betul Rara kalau di dekati oleh lelaki yang terlalu agresif pasti ia kabur. Kalau yang kalem-kalem menghanyutkan seperti Anggar, Rara mana bisa nolak.

Seperti sekarang ini, Tadinya Rara sedang membereskan pakaian yang Anggar gunakan saat di rawat, namun pria itu malah melarangnya, Laundry aja dulu, katanya.

Kadang, hal-hal simple seperti itu lah yang Rara suka dari Anggar, perhatian tapi tak terlihat.

Sempat tadi Rara bertanya, dirumah sebesar ini kenapa Anggar tidak mengizinkan Rara mencari asisten rumah tangga.

“Kalau ada orang lain, gabisa nyerang kamu dimana-mana.” Ucap Anggar tadi dengan santai.

Otomatis saat itu juga Rara melengos keluar kamar. Wajar, baru kali ini Anggar terang-terangan menggodanya.

Usai semua beres, Rara duduk disamping Anggar yang kini tengah menonton berita. Menyandarkan kepalanya pada dada pria itu.

“Nggar.” Panggil Rara pelan.

Anggar hanya berdeham, masih fokus pada acara berita.

“Nggar ih!” Rara maunya Anggar melihat wajahnya.

“Iya, apa.” Anggar menoleh kebawah, menatap wajah Rara yang tampak cemburut.

“Tadi kamu tuh...”

“Apa?”

Makin manyun saja bibir Rara itu. Anggar semakin mengerutkan dahinya. “Kenapa Ra? kok ditekuk gitu mukanya.”

“Ya abisnya! ngapain tadi kamu pake salaman sama susternya!”

Otomatis Anggar menghela napas pelan. “Ya kan tadi susternya yang duluan, lagian ucapan terimakasih juga.”

“Boong. Tadi susternya cantik.”

Huft. Kebiasaan nih cewek, suka ngambek gak jelas.

“Ra, dari jaman saya liat kamu pake gaun nikah sampe pake daster robek tetep aja cantikan kamu.”

“Boong banget. Orang saya dari kemaren kusut banget kok, gak kaya suster itu.” Gerutu Rara sebal.

Kembali Anggar menghela napas. “Tau gak?”

“Auk.” Malah ngambek wanita ini.

“Yeh. Dulu waktu saya gak sengaja masuk kamar hotel kamu, pas kamu dandan buat resepsi, masih inget gak?”

Rara mengangguk pelan walau wajahnya masih tampak bete.

“Kamu pasti heran kan kenapa saya masuk terus langsung keluar.”

Rara kembali mengangguk.

“Saya gak kuat tau, pas liat kamu, cantik banget.” Anggar mengelus pucuk surai Rara pelan. “Kayaknya kalau saya maksa tetep diruangan itu, I think... I would have had a seizure and passed out deh.” Ucapnya sembari terkekeh pelan.

Kan.

Anggar tuh kenapa sih. Seems cold but very warm hearted, Rara kan lemah.

“Gak usah gombal.” Aslinya Rara sudah salah tingkah, namun ia bersembunyi dibalik dada Anggar sembari memainkan telunjuknya disana.

“Ohiya, inget gak? Saya bilang kan di diary saya, kalo saya gak suka sharing? dari dulu tuh pengen banget ngomongin itu tapi kamu sih-

“Apa?!” sela Rara cepat.

“Nyebelin deh pokoknya, gapernah mau dengerin.” Ucap Anggar, ada sedikit maksud meledek disana.

“Ih apa...”

Anggar berpikir sejenak. “Saya tuh ya...pas jadi dosen, selain pengen nyoba hal baru, ya karena kamu. Setengah tahun saya pake buat nyari tau tentang kamu, since saya udah tau kalau kita dijodohin setahun sebelumnya.”

Otomatis manik Rara langsung terbelalak, ia menegakkan tubuhnya sembari melotot kearah Anggar. “SETAHUN SEBELUMNYA?”

“Hu um” Anggar mengangguk pelan. “Sering banget saya denger kamu misuhin saya dibelakang. Seneng aja liatnya. Apa lagi nama kontak saya, Datuk Maringgih apaantuh gak bener banget sama sifat saya.” Ucapnya membela diri.

Rara reflek melotot. “Ih kok tau!!”

“Ya waktu itu gak sengaja liat, terus awalnya saya bingung itu siapa masuk notif kamu mulu, eh pas saya liat pesan yang masuk, ternyata itu kontak saya. Seburuk itu ya pandangan kamu ke saya?”

“Ih gagitu maksud saya...” Rara jadi merasa bersalah kan.

Anggar terkekeh pelan sembari menyentil hidung Rara. “Iya Rara, enggak.”

Idih! Nyebelin!! Rara mengusap hidungnya.

“Terus ada lagi gak cerita yang lain.” malah ketagihan Rara ini.

“Saya solawatin kamu tau waktu pertama kali nyuruh kamu jadi PJ kelas.”

YAAMPON!! Rara menepok jidatnya.

“Idih, pantes. Pake pelet halal.” Rara langsung bersedekap.

Anggar malah terkekeh melihat Rara sok ngambek seperti itu, gemas rasanya.

“Kirain selama ini kamu cuman rekayasa doang.” Nyinyir Rara.

Anggar tertawa kecil mendengarnya. “Saya ini dosen manajemen proyek Ra, bukan dosen manajemen rekayasa, perasaan saya gak pernah saya rekayasa tapi saya jadiin proyek buat ngebangun hubungan yang lebih settle diantara kita.”

“Iya dah serah lu.” Ucap Rara, sudah tak bisa ia membantah omongan Anggar.

Rara kembali menyandarkan kepalanya pada bahu Anggar. Memainkan ponselnya sejenak, sembari melihat-lihat laman Instagram.

“Eh Nggar, ini tuh kapal pesiar ya?” Tanya Rara sembari menyodorkan layar ponselnya.

Anggal menoleh kearah ponsel Rara. “Iya. Kenapa? Mau?”

Rara merengut heran. “Saya cuman nanya ih!”

Anggar tersenyum jail. “Honeymoon lagi yuk.”

“Kapal pesiar?”

Anggar manggut-manggut lalu menaik-turunkan alisnya .

“Kok... tatapan kamu serem ya...”

Sebenarnya sedari tadi Anggar tak sanggup menahan gesekan antara kulitnya dan kulit Rara, bahkan beberapa kali Anggar menahan napasnya saat Rara mengeratkan tubuhnya ke Anggar. Hormones.

Anggar terkekeh pelan. Namun tiba-tiba ia bangkit dari sofa, lalu berdiri di depan Rara yang terduduk sembari mendongak menatap Anggar heran. “Mau kemana?”

Anggar malah diam, masih menatap Rara intens.

“Ih, stop looking at me like that!

Anggar menatap Rara datar, tatapan penuh intimidasi. “I need you to do something.

What?

Anggar duduk tepat di atas meja pendek di depan sofa.

Take off your clothes, pieces by pieces.

Then,- Ada jeda panjang disana.

spread your legs.” Tambah Anggar dengan manik yang menggelap, ia memainkan bibir bagian bawahnya dengan jari tengahnya.

Show me that you really love me.” Tutur Anggar.

Seketika Rara menyandarkan dirinya pada sofa, tersenyum nakal sembari mengigit telunjuknya. “Kiss me, then help me.

Take them off from me.” Sepertinya Rara tak mau kalah.

Dan,

Sepertinya Anggar lupa. Ia baru saja operasi.